Asal usul
Banyak hipotesis tentang asal usul Tata Surya telah dikemukakan para ahli, beberapa di antaranya adalah:
Pierre-Simon Laplace, pendukung Hipotesis Nebula
Gerard Kuiper, pendukung Hipotesis Kondensasi
- Hipotesis Nebula
Hipotesis nebula pertama kali dikemukakan oleh
Emanuel Swedenborg (
1688-
1772)
[1] tahun
1734 dan disempurnakan oleh
Immanuel Kant (
1724-
1804) pada tahun
1775. Hipotesis serupa juga dikembangkan oleh
Pierre Marquis de Laplace[2] secara independen pada tahun
1796.
Hipotesis ini, yang lebih dikenal dengan Hipotesis Nebula Kant-Laplace,
menyebutkan bahwa pada tahap awal, Tata Surya masih berupa kabut
raksasa. Kabut ini terbentuk dari
debu,
es, dan
gas yang disebut
nebula, dan unsur gas yang sebagian besar
hidrogen.
Gaya gravitasi yang dimilikinya menyebabkan kabut itu menyusut dan
berputar dengan arah tertentu, suhu kabut memanas, dan akhirnya menjadi
bintang raksasa (matahari). Matahari raksasa terus menyusut dan berputar
semakin cepat, dan cincin-cincin gas dan es terlontar ke sekeliling
Matahari. Akibat
gaya gravitasi, gas-gas tersebut memadat seiring dengan penurunan suhunya dan membentuk
planet dalam dan
planet luar. Laplace berpendapat bahwa orbit berbentuk hampir melingkar dari planet-planet merupakan konsekuensi dari pembentukan mereka.
[3]
- Hipotesis Planetisimal
Hipotesis planetisimal pertama kali dikemukakan oleh
Thomas C. Chamberlin dan
Forest R. Moulton pada tahun
1900.
Hipotesis planetisimal mengatakan bahwa Tata Surya kita terbentuk
akibat adanya bintang lain yang lewat cukup dekat dengan Matahari, pada
masa awal pembentukan Matahari. Kedekatan tersebut menyebabkan
terjadinya tonjolan pada permukaan Matahari, dan bersama proses internal
Matahari, menarik materi berulang kali dari Matahari. Efek gravitasi
bintang mengakibatkan terbentuknya dua lengan spiral yang memanjang dari
Matahari. Sementara sebagian besar materi tertarik kembali, sebagian
lain akan tetap di orbit, mendingin dan memadat, dan menjadi benda-benda
berukuran kecil yang mereka sebut
planetisimal dan beberapa yang besar sebagai
protoplanet.
Objek-objek tersebut bertabrakan dari waktu ke waktu dan membentuk
planet dan bulan, sementara sisa-sisa materi lainnya menjadi komet dan
asteroid.
- Hipotesis Pasang Surut Bintang
Hipotesis pasang surut bintang pertama kali dikemukakan oleh
James Jeans pada tahun
1917.
Planet dianggap terbentuk karena mendekatnya bintang lain kepada
Matahari. Keadaan yang hampir bertabrakan menyebabkan tertariknya
sejumlah besar materi dari Matahari dan bintang lain tersebut oleh
gaya pasang surut bersama mereka, yang kemudian terkondensasi menjadi planet.
[3] Namun astronom
Harold Jeffreys tahun 1929 membantah bahwa tabrakan yang sedemikian itu hampir tidak mungkin terjadi.
[3] Demikian pula astronom
Henry Norris Russell mengemukakan keberatannya atas hipotesis tersebut.
[4]
- Hipotesis Kondensasi
Hipotesis kondensasi mulanya dikemukakan oleh astronom Belanda yang bernama
G.P. Kuiper (
1905-
1973) pada tahun
1950. Hipotesis kondensasi menjelaskan bahwa Tata Surya terbentuk dari bola kabut raksasa yang berputar membentuk cakram raksasa.
- Hipotesis Bintang Kembar
Hipotesis bintang kembar awalnya dikemukakan oleh
Fred Hoyle (
1915-
2001) pada tahun
1956.
Hipotesis mengemukakan bahwa dahulunya Tata Surya kita berupa dua
bintang yang hampir sama ukurannya dan berdekatan yang salah satunya
meledak meninggalkan serpihan-serpihan kecil. Serpihan itu terperangkap
oleh gravitasi bintang yang tidak meledak dan mulai mengelilinginya.
Sejarah penemuan
Lima
planet terdekat ke Matahari selain
Bumi (
Merkurius,
Venus,
Mars,
Yupiter dan
Saturnus) telah dikenal sejak zaman dahulu karena mereka semua bisa dilihat dengan mata telanjang. Banyak bangsa di dunia ini memiliki
nama sendiri untuk masing-masing planet.
Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pengamatan pada lima abad
lalu membawa manusia untuk memahami benda-benda langit terbebas dari
selubung mitologi.
Galileo Galilei (1564-1642) dengan
teleskop
refraktornya mampu menjadikan mata manusia "lebih tajam" dalam
mengamati benda langit yang tidak bisa diamati melalui mata telanjang.
Karena teleskop Galileo bisa mengamati lebih tajam, ia bisa melihat berbagai perubahan bentuk penampakan
Venus,
seperti Venus Sabit atau Venus Purnama sebagai akibat perubahan posisi
Venus terhadap Matahari. Penalaran Venus mengitari Matahari makin
memperkuat teori
heliosentris, yaitu bahwa Matahari adalah pusat alam semesta, bukan Bumi, yang sebelumnya digagas oleh
Nicolaus Copernicus (1473-1543). Susunan heliosentris adalah Matahari dikelilingi oleh
Merkurius hingga
Saturnus.
Teleskop Galileo terus disempurnakan oleh ilmuwan lain seperti
Christian Huygens (1629-1695) yang menemukan
Titan, satelit Saturnus, yang berada hampir 2 kali jarak orbit
Bumi-
Yupiter.
Perkembangan teleskop juga diimbangi pula dengan perkembangan
perhitungan gerak benda-benda langit dan hubungan satu dengan yang lain
melalui
Johannes Kepler (1571-1630) dengan
Hukum Kepler. Dan puncaknya,
Sir Isaac Newton (1642-1727) dengan
hukum gravitasi. Dengan dua teori perhitungan inilah yang memungkinkan pencarian dan perhitungan benda-benda langit selanjutnya
Pada
1781,
William Herschel (1738-1822) menemukan
Uranus. Perhitungan cermat orbit Uranus menyimpulkan bahwa planet ini ada yang mengganggu.
Neptunus ditemukan pada Agustus
1846. Penemuan Neptunus ternyata tidak cukup menjelaskan gangguan orbit Uranus.
Pluto kemudian ditemukan pada
1930.
Pada saat Pluto ditemukan, ia hanya diketahui sebagai satu-satunya
objek angkasa yang berada setelah Neptunus. Kemudian pada 1978,
Charon,
satelit yang mengelilingi Pluto ditemukan, sebelumnya sempat dikira
sebagai planet yang sebenarnya karena ukurannya tidak berbeda jauh
dengan Pluto.
Para astronom kemudian menemukan sekitar 1.000 objek kecil lainnya yang letaknya melampaui Neptunus (disebut
objek trans-Neptunus), yang juga mengelilingi Matahari. Di sana mungkin ada sekitar 100.000 objek serupa yang dikenal sebagai Objek
Sabuk Kuiper
(Sabuk Kuiper adalah bagian dari objek-objek trans-Neptunus). Belasan
benda langit termasuk dalam Objek Sabuk Kuiper di antaranya
Quaoar (1.250 km pada Juni 2002),
Huya (750 km pada Maret 2000),
Sedna (1.800 km pada Maret 2004),
Orcus,
Vesta,
Pallas,
Hygiea,
Varuna, dan
2003 EL61 (1.500 km pada Mei 2004).
Penemuan
2003 EL61
cukup menghebohkan karena Objek Sabuk Kuiper ini diketahui juga
memiliki satelit pada Januari 2005 meskipun berukuran lebih kecil dari
Pluto. Dan puncaknya adalah penemuan
UB 313 (2.700 km pada Oktober 2003) yang diberi nama oleh penemunya
Xena. Selain lebih besar dari Pluto, objek ini juga memiliki satelit.
Struktur
Perbanding relatif massa planet. Yupiter adalah 71% dari total dan
Saturnus 21%. Merkurius dan Mars, yang total bersama hanya kurang dari
0.1% tidak nampak dalam diagram di atas.
Orbit-orbit Tata Surya dengan skala yang sesungguhnya
Komponen utama sistem Tata Surya adalah
matahari, sebuah
bintang deret utama kelas G2 yang mengandung 99,86 persen massa dari sistem dan mendominasi seluruh dengan gaya gravitasinya.
[5] Yupiter dan
Saturnus, dua komponen terbesar yang mengedari Matahari, mencakup kira-kira 90 persen massa selebihnya.
[c]
Hampir semua objek-objek besar yang mengorbit Matahari terletak pada bidang edaran
bumi, yang umumnya dinamai
ekliptika. Semua
planet
terletak sangat dekat pada ekliptika, sementara komet dan objek-objek
sabuk Kuiper biasanya memiliki beda sudut yang sangat besar dibandingkan
ekliptika.
Planet-planet dan objek-objek Tata Surya juga mengorbit mengelilingi
Matahari berlawanan dengan arah jarum jam jika dilihat dari atas kutub
utara Matahari, terkecuali
Komet Halley.
Hukum Gerakan Planet Kepler
menjabarkan bahwa orbit dari objek-objek Tata Surya sekeliling Matahari
bergerak mengikuti bentuk elips dengan Matahari sebagai salah satu
titik fokusnya. Objek yang berjarak lebih dekat dari Matahari (sumbu
semi-mayor-nya
lebih kecil) memiliki tahun waktu yang lebih pendek. Pada orbit elips,
jarak antara objek dengan Matahari bervariasi sepanjang tahun. Jarak
terdekat antara objek dengan Matahari dinamai
perihelion, sedangkan jarak terjauh dari Matahari dinamai
aphelion.
Semua objek Tata Surya bergerak tercepat di titik perihelion dan
terlambat di titik aphelion. Orbit planet-planet bisa dibilang hampir
berbentuk lingkaran, sedangkan komet, asteroid dan objek sabuk Kuiper
kebanyakan orbitnya berbentuk
elips.
Untuk mempermudah representasi, kebanyakan diagram Tata Surya
menunjukan jarak antara orbit yang sama antara satu dengan lainnya. Pada
kenyataannya, dengan beberapa perkecualian, semakin jauh letak sebuah
planet atau sabuk dari Matahari, semakin besar jarak antara objek itu
dengan jalur edaran orbit sebelumnya. Sebagai contoh,
Venus terletak sekitar sekitar 0,33
satuan astronomi (SA) lebih dari
Merkurius[d], sedangkan
Saturnus adalah 4,3 SA dari
Yupiter, dan
Neptunus terletak 10,5 SA dari
Uranus. Beberapa upaya telah dicoba untuk menentukan korelasi jarak antar orbit ini (
hukum Titus-Bode), tetapi sejauh ini tidak satu teori pun telah diterima.
Hampir semua planet-planet di Tata Surya juga memiliki sistem
sekunder. Kebanyakan adalah benda pengorbit alami yang disebut satelit.
Beberapa benda ini memiliki ukuran lebih besar dari planet. Hampir semua
satelit alami
yang paling besar terletak di orbit sinkron, dengan satu sisi satelit
berpaling ke arah planet induknya secara permanen. Empat planet terbesar
juga memliki cincin yang berisi partikel-partikel kecil yang mengorbit
secara serempak.
Terminologi
Secara informal, Tata Surya dapat dibagi menjadi tiga daerah. Tata Surya bagian dalam mencakup empat
planet kebumian dan
sabuk asteroid utama. Pada daerah yang lebih jauh, Tata Surya bagian luar, terdapat empat gas planet raksasa.
[6] Sejak ditemukannya
Sabuk Kuiper, bagian terluar Tata Surya dianggap wilayah berbeda tersendiri yang meliputi semua objek melampaui Neptunus.
[7]
Secara dinamis dan fisik, objek yang mengorbit
matahari dapat diklasifikasikan dalam tiga golongan:
planet,
planet kerdil, dan
benda kecil Tata Surya.
Planet adalah sebuah badan yang mengedari Matahari dan mempunyai massa
cukup besar untuk membentuk bulatan diri dan telah membersihkan orbitnya
dengan menginkorporasikan semua objek-objek kecil di sekitarnya. Dengan
definisi ini, Tata Surya memiliki delapan planet:
Merkurius,
Venus,
Bumi,
Mars,
Yupiter,
Saturnus, dan
Neptunus.
Pluto telah dilepaskan status planetnya karena tidak dapat membersihkan orbitnya dari objek-objek Sabuk Kuiper.
[8]
Planet kerdil adalah benda angkasa bukan satelit yang mengelilingi
Matahari, mempunyai massa yang cukup untuk bisa membentuk bulatan diri
tetapi belum dapat membersihkan daerah sekitarnya.
[8] Menurut definisi ini, Tata Surya memiliki lima buah planet kerdil:
Ceres,
Pluto,
Haumea,
Makemake, dan
Eris.
[9] Objek lain yang mungkin akan diklasifikasikan sebagai planet kerdil adalah:
Sedna,
Orcus, dan
Quaoar. Planet kerdil yang memiliki orbit di daerah trans-Neptunus biasanya disebut "plutoid".
[10] Sisa objek-objek lain berikutnya yang mengitari Matahari adalah benda kecil Tata Surya.
[8]
Ilmuwan ahli planet menggunakan istilah gas, es, dan batu untuk mendeskripsi kelas zat yang terdapat di dalam Tata Surya.
Batu digunakan untuk menamai bahan bertitik lebur tinggi (lebih besar dari 500 K), sebagai contoh
silikat.
Bahan batuan ini sangat umum terdapat di Tata Surya bagian dalam,
merupakan komponen pembentuk utama hampir semua planet kebumian dan
asteroid. Gas adalah bahan-bahan bertitik lebur rendah seperti atom
hidrogen, helium, dan gas mulia, bahan-bahan ini mendominasi wilayah
tengah Tata Surya, yang didominasi oleh Yupiter dan Saturnus. Sedangkan
es, seperti
air,
metana,
amonia dan
karbon dioksida,
[11]
memiliki titik lebur sekitar ratusan derajat kelvin. Bahan ini
merupakan komponen utama dari sebagian besar satelit planet raksasa. Ia
juga merupakan komponen utama
Uranus dan
Neptunus (yang sering disebut "es raksasa"), serta berbagai benda kecil yang terletak di dekat orbit Neptunus.
[12]
Istilah
volatiles mencakup semua bahan bertitik didih rendah
(kurang dari ratusan kelvin), yang termasuk gas dan es; tergantung pada
suhunya, 'volatiles' dapat ditemukan sebagai es, cairan, atau gas di
berbagai bagian Tata Surya.
Zona planet
Zona Tata Surya yang meliputi, planet bagian dalam, sabuk asteroid, planet bagian luar, dan
sabuk Kuiper. (Gambar tidak sesuai skala)
Di zona planet dalam,
Matahari adalah pusat Tata Surya dan letaknya paling dekat dengan planet
Merkurius (jarak dari Matahari 57,9 × 10
6 km, atau 0,39
SA),
Venus (108,2 × 10
6 km, 0,72 SA),
Bumi (149,6 × 10
6 km, 1 SA) dan
Mars (227,9 × 10
6 km, 1,52 SA). Ukuran diameternya antara 4.878 km dan 12.756 km, dengan massa jenis antara 3,95 g/cm
3 dan 5,52 g/cm
3.
Antara Mars dan
Yupiter terdapat daerah yang disebut
sabuk asteroid, kumpulan batuan metal dan mineral. Kebanyakan asteroid-asteroid ini hanya berdiameter beberapa kilometer (lihat:
Daftar asteroid), dan beberapa memiliki diameter 100 km atau lebih.
Ceres, bagian dari kumpulan asteroid ini, berukuran sekitar 960 km dan dikategorikan sebagai
planet kerdil. Orbit asteroid-asteroid ini sangat eliptis, bahkan beberapa menyimpangi
Merkurius (
Icarus) dan
Uranus (
Chiron).
Pada zona planet luar, terdapat planet gas raksasa
Yupiter (778,3 × 10
6 km, 5,2 SA),
Uranus (2,875 × 10
9 km, 19,2 SA) dan
Neptunus (4,504 × 10
9 km, 30,1 SA) dengan massa jenis antara 0,7 g/cm
3 dan 1,66 g/cm
3.
Jarak rata-rata antara planet-planet dengan Matahari bisa diperkirakan dengan menggunakan
baris matematis Titus-Bode.
Regularitas jarak antara jalur edaran orbit-orbit ini kemungkinan
merupakan efek resonansi sisa dari awal terbentuknya Tata Surya.
Anehnya, planet
Neptunus
tidak muncul di baris matematis Titus-Bode, yang membuat para pengamat
berspekulasi bahwa Neptunus merupakan hasil tabrakan kosmis.
Matahari
Artikel utama untuk bagian ini adalah:
Matahari
Matahari dilihat dari spektrum sinar-X
Matahari adalah bintang induk Tata Surya dan merupakan komponen utama sistem Tata Surya ini.
Bintang ini berukuran 332.830 massa
bumi. Massa yang besar ini menyebabkan kepadatan inti yang cukup besar untuk bisa mendukung kesinambungan
fusi nuklir
dan menyemburkan sejumlah energi yang dahsyat. Kebanyakan energi ini
dipancarkan ke luar angkasa dalam bentuk radiasi eletromagnetik,
termasuk spektrum optik.
Matahari dikategorikan ke dalam bintang kerdil kuning (tipe G V) yang
berukuran tengahan, tetapi nama ini bisa menyebabkan kesalahpahaman,
karena dibandingkan dengan bintang-bintang yang ada di dalam galaksi
Bima Sakti, Matahari termasuk cukup besar dan cemerlang. Bintang
diklasifikasikan dengan
diagram Hertzsprung-Russell, yaitu sebuah grafik yang menggambarkan hubungan nilai
luminositas
sebuah bintang terhadap suhu permukaannya. Secara umum, bintang yang
lebih panas akan lebih cemerlang. Bintang-bintang yang mengikuti pola
ini dikatakan terletak pada
deret utama,
dan Matahari letaknya persis di tengah deret ini. Akan tetapi,
bintang-bintang yang lebih cemerlang dan lebih panas dari Matahari
adalah langka, sedangkan bintang-bintang yang lebih redup dan dingin
adalah umum.
[13]
Dipercayai bahwa posisi Matahari pada deret utama secara umum
merupakan "puncak hidup" dari sebuah bintang, karena belum habisnya
hidrogen yang tersimpan untuk fusi nuklir. Saat ini Matahari tumbuh
semakin cemerlang. Pada awal kehidupannya, tingkat kecemerlangannya
adalah sekitar 70 persen dari kecermelangan sekarang.
[14]
Matahari secara
metalisitas dikategorikan sebagai bintang "populasi I". Bintang kategori ini terbentuk lebih akhir pada tingkat evolusi
alam semesta,
sehingga mengandung lebih banyak unsur yang lebih berat daripada
hidrogen dan helium ("metal" dalam sebutan astronomi) dibandingkan
dengan bintang "populasi II".
[15] Unsur-unsur yang lebih berat daripada
hidrogen dan
helium
terbentuk di dalam inti bintang purba yang kemudian meledak.
Bintang-bintang generasi pertama perlu punah terlebih dahulu sebelum
alam semesta dapat dipenuhi oleh unsur-unsur yang lebih berat ini.
Bintang-bintang tertua mengandung sangat sedikit metal, sedangkan
bintang baru mempunyai kandungan metal yang lebih tinggi. Tingkat
metalitas yang tinggi ini diperkirakan mempunyai pengaruh penting pada
pembentukan sistem Tata Surya, karena terbentuknya planet adalah hasil
penggumpalan metal.
[16]
Medium antarplanet
Di samping cahaya,
matahari juga secara berkesinambungan memancarkan semburan partikel bermuatan (
plasma) yang dikenal sebagai
angin surya. Semburan partikel ini menyebar keluar kira-kira pada kecepatan 1,5 juta kilometer per jam,
[17] menciptakan atmosfer tipis (
heliosfer) yang merambah Tata Surya paling tidak sejauh 100 SA (lihat juga
heliopause). Kesemuanya ini disebut
medium antarplanet.
Badai geomagnetis pada permukaan Matahari, seperti
semburan Matahari (
solar flares) dan
lontaran massa korona (
coronal mass ejection) menyebabkan gangguan pada heliosfer, menciptakan cuaca ruang angkasa.
[18] Struktur terbesar dari heliosfer dinamai
lembar aliran heliosfer (
heliospheric current sheet), sebuah spiral yang terjadi karena gerak rotasi magnetis Matahari terhadap medium antarplanet.
[19][20] Medan magnet bumi mencegah
atmosfer bumi berinteraksi dengan angin surya.
Venus dan
Mars yang tidak memiliki medan magnet, atmosfernya habis terkikis ke luar angkasa.
[21] Interaksi antara angin surya dan medan magnet bumi menyebabkan terjadinya
aurora, yang dapat dilihat dekat kutub magnetik bumi.
Heliosfer juga berperan melindungi Tata Surya dari
sinar kosmik yang berasal dari luar Tata Surya. Medan magnet planet-planet menambah peran perlindungan selanjutnya. Densitas
sinar kosmik pada
medium antarbintang
dan kekuatan medan magnet Matahari mengalami perubahan pada skala waktu
yang sangat panjang, sehingga derajat radiasi kosmis di dalam Tata
Surya sendiri adalah bervariasi, meski tidak diketahui seberapa besar.
[22]
Medium antarplanet juga merupakan tempat beradanya paling tidak dua
daerah mirip piringan yang berisi debu kosmis. Yang pertama, awan debu
zodiak, terletak di Tata Surya bagian dalam dan merupakan penyebab
cahaya zodiak. Ini kemungkinan terbentuk dari tabrakan dalam
sabuk asteroid yang disebabkan oleh interaksi dengan planet-planet.
[23]
Daerah kedua membentang antara 10 SA sampai sekitar 40 SA, dan mungkin
disebabkan oleh tabrakan yang mirip tetapi tejadi di dalam
Sabuk Kuiper.
[24][25]
Tata Surya bagian dalam
Tata Surya bagian dalam adalah nama umum yang mencakup
planet kebumian dan
asteroid. Terutama terbuat dari
silikat dan logam, objek dari Tata Surya bagian dalam melingkup dekat dengan
matahari, radius dari seluruh daerah ini lebih pendek dari jarak antara Yupiter dan Saturnus.
Planet-planet bagian dalam
Empat
planet bagian dalam atau planet kebumian (
terrestrial planet)
memiliki komposisi batuan yang padat, hampir tidak mempunyai atau tidak
mempunyai satelit dan tidak mempunyai sistem cincin. Komposisi
Planet-planet ini terutama adalah mineral bertitik leleh tinggi, seperti
silikat yang membentuk kerak dan selubung, dan logam seperti besi dan
nikel yang membentuk intinya. Tiga dari empat planet ini (
Venus,
Bumi dan
Mars) memiliki
atmosfer,
semuanya memiliki kawah meteor dan sifat-sifat permukaan tektonis
seperti gunung berapi dan lembah pecahan. Planet yang letaknya di antara
Matahari dan bumi (
Merkurius dan
Venus) disebut juga planet inferior.
Merkurius
- Merkurius
(0,4 SA dari Matahari) adalah planet terdekat dari Matahari serta juga
terkecil (0,055 massa bumi). Merkurius tidak memiliki satelit alami dan
ciri geologisnya di samping kawah meteorid yang diketahui adalah lobed ridges atau rupes, kemungkinan terjadi karena pengerutan pada perioda awal sejarahnya.[26]
Atmosfer Merkurius yang hampir bisa diabaikan terdiri dari atom-atom
yang terlepas dari permukaannya karena semburan angin surya.[27]
Besarnya inti besi dan tipisnya kerak Merkurius masih belum bisa dapat
diterangkan. Menurut dugaan hipotesa lapisan luar planet ini terlepas
setelah terjadi tabrakan raksasa, dan perkembangan ("akresi") penuhnya
terhambat oleh energi awal Matahari.[28][29]
Venus
- Venus (0,7 SA dari Matahari) berukuran mirip bumi (0,815 massa bumi). Dan seperti bumi,
planet ini memiliki selimut kulit silikat yang tebal dan berinti besi,
atmosfernya juga tebal dan memiliki aktivitas geologi. Akan tetapi
planet ini lebih kering dari bumi dan atmosfernya sembilan kali lebih
padat dari bumi. Venus tidak memiliki satelit. Venus adalah planet
terpanas dengan suhu permukaan mencapai 400 °C, kemungkinan besar
disebabkan jumlah gas rumah kaca yang terkandung di dalam atmosfer.[30]
Sejauh ini aktivitas geologis Venus belum dideteksi, tetapi karena
planet ini tidak memiliki medan magnet yang bisa mencegah habisnya
atmosfer, diduga sumber atmosfer Venus berasal dari gunung berapi.[31]
Bumi
- Bumi (1
SA dari Matahari) adalah planet bagian dalam yang terbesar dan
terpadat, satu-satunya yang diketahui memiliki aktivitas geologi dan
satu-satunya planet yang diketahui memiliki mahluk hidup. Hidrosfer-nya
yang cair adalah khas di antara planet-planet kebumian dan juga
merupakan satu-satunya planet yang diamati memiliki lempeng tektonik.
Atmosfer bumi sangat berbeda dibandingkan planet-planet lainnya, karena
dipengaruhi oleh keberadaan mahluk hidup yang menghasilkan 21% oksigen.[32] Bumi memiliki satu satelit, bulan, satu-satunya satelit besar dari planet kebumian di dalam Tata Surya.
Mars
- Mars
(1,5 SA dari Matahari) berukuran lebih kecil dari bumi dan Venus (0,107
massa bumi). Planet ini memiliki atmosfer tipis yang kandungan utamanya
adalah karbon dioksida. Permukaan Mars yang dipenuhi gunung berapi raksasa seperti Olympus Mons dan lembah retakan seperti Valles marineris,
menunjukan aktivitas geologis yang terus terjadi sampai baru belakangan
ini. Warna merahnya berasal dari warna karat tanahnya yang kaya besi.[33] Mars mempunyai dua satelit alami kecil (Deimos dan Phobos) yang diduga merupakan asteroid yang terjebak gravitasi Mars.[34]
Sabuk asteroid
Sabuk asteroid utama dan asteroid Troya
Asteroid secara umum adalah objek Tata Surya yang terdiri dari batuan dan mineral logam beku.
[35]
Sabuk asteroid utama terletak di antara orbit
Mars dan
Yupiter, berjarak antara 2,3 dan 3,3 SA dari
matahari, diduga merupakan sisa dari bahan formasi Tata Surya yang gagal menggumpal karena pengaruh gravitasi Yupiter.
[36]
Gradasi ukuran asteroid adalah ratusan kilometer sampai mikroskopis. Semua asteroid, kecuali
Ceres yang terbesar, diklasifikasikan sebagai
benda kecil Tata Surya. Beberapa asteroid seperti
Vesta dan
Hygiea mungkin akan diklasifikasi sebagai
planet kerdil jika terbukti telah mencapai
kesetimbangan hidrostatik.
[37]
Sabuk asteroid terdiri dari beribu-ribu, mungkin jutaan objek yang berdiameter satu kilometer.
[38] Meskipun demikian, massa total dari sabuk utama ini tidaklah lebih dari seperseribu massa bumi.
[39]
Sabuk utama tidaklah rapat, kapal ruang angkasa secara rutin menerobos
daerah ini tanpa mengalami kecelakaan. Asteroid yang berdiameter antara
10 dan 10
−4 m disebut meteorid.
[40]
Ceres
Ceres
(2,77 SA) adalah benda terbesar di sabuk asteroid dan diklasifikasikan
sebagai planet kerdil. Diameternya adalah sedikit kurang dari 1000 km,
cukup besar untuk memiliki gravitasi sendiri untuk menggumpal membentuk
bundaran. Ceres dianggap sebagai planet ketika ditemukan pada abad ke
19, tetapi di-reklasifikasi menjadi asteroid pada tahun 1850an setelah
observasi lebih lanjut menemukan beberapa asteroid lagi.
[41] Ceres direklasifikasi lanjut pada tahun 2006 sebagai planet kerdil.
Kelompok asteroid
Asteroid
pada sabuk utama dibagi menjadi kelompok dan keluarga asteroid
bedasarkan sifat-sifat orbitnya. satelit asteroid adalah asteroid yang
mengedari asteroid yang lebih besar. Mereka tidak mudah dibedakan dari
satelit-satelit planet, kadang kala hampir sebesar pasangannya. Sabuk
asteroid juga memiliki komet sabuk utama yang mungkin merupakan sumber
air bumi.
[42]
Asteroid-asteroid Trojan terletak di titik L
4 atau L
5 Yupiter
(daerah gravitasi stabil yang berada di depan dan belakang sebuah orbit
planet), sebutan "trojan" sering digunakan untuk objek-objek kecil pada
Titik Langrange
dari sebuah planet atau satelit. Kelompok Asteroid Hilda terletak di
orbit resonansi 2:3 dari Yupiter, yang artinya kelompok ini mengedari
Matahari tiga kali untuk setiak dua edaran
Yupiter.
Bagian dalam Tata Surya juga dipenuhi oleh asteroid liar, yang banyak memotong orbit-orbit planet planet bagian dalam.
Tata Surya bagian luar
Pada bagian luar dari Tata Surya terdapat gas-gas raksasa dengan
satelit-satelitnya yang berukuran planet. Banyak komet berperioda pendek
termasuk beberapa Centaur, juga berorbit di daerah ini. Badan-badan
padat di daerah ini mengandung jumlah
volatil (contoh: air,
amonia, metan, yang sering disebut "es" dalam peristilahan ilmu
keplanetan) yang lebih tinggi dibandingkan planet batuan di bagian dalam
Tata Surya.
Planet-planet luar
Raksasa-raksasa gas dalam Tata Surya dan Matahari, berdasarkan skala
Keempat planet luar, yang disebut juga planet raksasa gas (
gas giant), atau
planet jovian, secara keseluruhan mencakup 99 persen massa yang mengorbit Matahari. Yupiter dan Saturnus sebagian besar mengandung
hidrogen dan
helium;
Uranus dan Neptunus memiliki proporsi es yang lebih besar. Para
astronom mengusulkan bahwa keduanya dikategorikan sendiri sebagai
raksasa es.
[43] Keempat raksasa gas ini semuanya memiliki cincin, meski hanya sistem cincin Saturnus yang dapat dilihat dengan mudah dari bumi.
Yupiter
- Yupiter (5,2 SA), dengan 318 kali massa bumi, adalah 2,5 kali massa dari gabungan seluruh planet lainnya. Kandungan utamanya adalah hidrogen dan helium.
Sumber panas di dalam Yupiter menyebabkan timbulnya beberapa ciri
semi-permanen pada atmosfernya, sebagai contoh pita pita awan dan Bintik Merah Raksasa. Sejauh yang diketahui Yupiter memiliki 63 satelit. Empat yang terbesar, Ganymede, Callisto, Io, dan Europa menampakan kemiripan dengan planet kebumian, seperti gunung berapi dan inti yang panas.[44] Ganymede, yang merupakan satelit terbesar di Tata Surya, berukuran lebih besar dari Merkurius.
Saturnus
- Saturnus
(9,5 SA) yang dikenal dengan sistem cincinnya, memiliki beberapa
kesamaan dengan Yupiter, sebagai contoh komposisi atmosfernya. Meskipun
Saturnus hanya sebesar 60% volume Yupiter, planet ini hanya seberat
kurang dari sepertiga Yupiter atau 95 kali massa bumi, membuat planet
ini sebuah planet yang paling tidak padat di Tata Surya. Saturnus
memiliki 60 satelit yang diketahui sejauh ini (dan 3 yang belum
dipastikan) dua di antaranya Titan dan Enceladus, menunjukan activitas geologis, meski hampir terdiri hanya dari es saja.[45] Titan berukuran lebih besar dari Merkurius dan merupakan satu-satunya satelit di Tata Surya yang memiliki atmosfer yang cukup berarti.
Uranus
- Uranus
(19,6 SA) yang memiliki 14 kali massa bumi, adalah planet yang paling
ringan di antara planet-planet luar. Planet ini memiliki kelainan ciri
orbit. Uranus mengedari Matahari dengan bujkuran poros 90 derajat pada ekliptika. Planet ini memiliki inti yang sangat dingin dibandingkan gas raksasa lainnya dan hanya sedikit memancarkan energi panas.[46] Uranus memiliki 27 satelit yang diketahui, yang terbesar adalah Titania, Oberon, Umbriel, Ariel dan Miranda.
Neptunus
- Neptunus
(30 SA) meskipun sedikit lebih kecil dari Uranus, memiliki 17 kali
massa bumi, sehingga membuatnya lebih padat. Planet ini memancarkan
panas dari dalam tetapi tidak sebanyak Yupiter atau Saturnus.[47] Neptunus memiliki 13 satelit yang diketahui. Yang terbesar, Triton, geologinya aktif, dan memiliki geyser nitrogen cair.[48] Triton adalah satu-satunya satelit besar yang orbitnya terbalik arah (retrogade).
Neptunus juga didampingi beberapa planet minor pada orbitnya, yang
disebut Trojan Neptunus. Benda-benda ini memiliki resonansi 1:1 dengan
Neptunus.
Komet
Artikel utama untuk bagian ini adalah:
Komet
Komet adalah badan Tata Surya kecil, biasanya hanya berukuran beberapa kilometer, dan terbuat dari
es volatil. Badan-badan ini memiliki eksentrisitas orbit tinggi, secara umum
perihelion-nya terletak di planet-planet bagian dalam dan letak
aphelion-nya lebih jauh dari
Pluto.
Saat sebuah komet memasuki Tata Surya bagian dalam, dekatnya jarak dari
Matahari menyebabkan permukaan esnya bersumblimasi dan berionisasi,
yang menghasilkan koma, ekor gas dan debu panjang, yang sering dapat
dilihat dengan mata telanjang.
Komet berperioda pendek memiliki kelangsungan orbit kurang dari dua
ratus tahun. Sedangkan komet berperioda panjang memiliki orbit yang
berlangsung ribuan tahun. Komet berperioda pendek dipercaya berasal dari
Sabuk Kuiper, sedangkan komet berperioda panjang, seperti
Hale-bopp, berasal dari
Awan Oort. Banyak kelompok komet, seperti
Kreutz Sungrazers, terbentuk dari pecahan sebuah induk tunggal.
[49]
Sebagian komet berorbit hiperbolik mungking berasal dari luar Tata
Surya, tetapi menentukan jalur orbitnya secara pasti sangatlah sulit.
[50] Komet tua yang bahan volatilesnya telah habis karena panas Matahari sering dikategorikan sebagai
asteroid.
[51]
Centaur
Centaur adalah benda-benda es mirip komet yang poros semi-majornya lebih besar dari
Yupiter (5,5 SA) dan lebih kecil dari Neptunus (30 SA). Centaur terbesar yang diketahui adalah,
10199 Chariklo, berdiameter 250 km.
[52] Centaur temuan pertama,
2060 Chiron, juga diklasifikasikan sebagai komet (95P) karena memiliki koma sama seperti komet kalau mendekati Matahari.
[53] Beberapa astronom mengklasifikasikan Centaurs sebagai
objek sabuk Kuiper sebaran-ke-dalam (
inward-scattered Kuiper belt objects), seiring dengan sebaran keluar yang bertempat di
piringan tersebar (
outward-scattered residents of the scattered disc).
[54]
Daerah trans-Neptunus
Diagram yang menunjukkan pembagian sabuk Kuiper
Daerah yang terletak jauh melampaui Neptunus, atau daerah
trans-Neptunus, sebagian besar belum dieksplorasi. Menurut dugaan daerah
ini sebagian besar terdiri dari dunia-dunia kecil (yang terbesar
memiliki diameter seperlima bumi dan bermassa jauh lebih kecil dari
bulan) dan terutama mengandung batu dan es. Daerah ini juga dikenal
sebagai
daerah luar Tata Surya, meskipun berbagai orang menggunakan istilah ini untuk daerah yang terletak melebihi sabuk asteroid.
Sabuk Kuiper
Sabuk Kuiper adalah sebuah cincin raksasa mirip dengan sabuk
asteroid, tetapi komposisi utamanya adalah es. Sabuk ini terletak antara
30 dan 50 SA, dan terdiri dari
benda kecil Tata Surya. Meski demikian, beberapa objek Kuiper yang terbesar, seperti
Quaoar,
Varuna, dan
Orcus, mungkin akan diklasifikasikan sebagai
planet kerdil.
Para ilmuwan memperkirakan terdapat sekitar 100.000 objek Sabuk Kuiper
yang berdiameter lebih dari 50 km, tetapi diperkirakan massa total Sabuk
Kuiper hanya sepersepuluh massa bumi.
[55] Banyak objek Kuiper memiliki satelit ganda dan kebanyakan memiliki orbit di luar bidang eliptika.
Sabuk Kuiper secara kasar bisa dibagi menjadi "sabuk klasik" dan
resonansi. Resonansi adalah orbit yang terkait pada Neptunus (contoh:
dua orbit untuk setiap tiga orbit Neptunus atau satu untuk setiap dua).
Resonansi yang pertama bermula pada Neptunus sendiri. Sabuk klasik
terdiri dari objek yang tidak memiliki resonansi dengan Neptunus, dan
terletak sekitar 39,4 SA sampai 47,7 SA.
[56] Anggota dari sabuk klasik diklasifikasikan sebagai
cubewanos, setelah anggota jenis pertamanya ditemukan (15760) 1992QB1
[57]
Pluto dan Charon
Pluto dan ketiga satelitnya
Pluto
(rata-rata 39 SA), sebuah planet kerdil, adalah objek terbesar sejauh
ini di Sabuk Kuiper. Ketika ditemukan pada tahun 1930, benda ini
dianggap sebagai planet yang kesembilan, definisi ini diganti pada tahun
2006 dengan diangkatnya definisi formal planet. Pluto memiliki
kemiringan orbit cukup eksentrik (17 derajat dari bidang ekliptika) dan
berjarak 29,7 SA dari Matahari pada titik prihelion (sejarak orbit
Neptunus) sampai 49,5 SA pada titik aphelion.
Tidak jelas apakah
Charon,
satelit Pluto yang terbesar, akan terus diklasifikasikan sebagai
satelit atau menjadi sebuah planet kerdil juga. Pluto dan Charon,
keduanya mengedari titik
barycenter gravitasi di atas
permukaannya, yang membuat Pluto-Charon sebuah sistem ganda. Dua satelit
yang jauh lebih kecil Nix dan Hydra juga mengedari Pluto dan Charon.
Pluto terletak pada sabuk resonan dan memiliki 3:2 resonansi dengan
Neptunus, yang berarti Pluto mengedari Matahari dua kali untuk setiap
tiga edaran Neptunus. Objek sabuk Kuiper yang orbitnya memiliki
resonansi yang sama disebut
plutino.
[58]
Haumea dan Makemake
Haumea (rata-rata 43,34 SA) dan
Makemake
(rata-rata 45,79 SA) adalah dua objek terbesar sejauh ini di dalam
sabuk Kuiper klasik. Haumea adalah sebuah objek berbentuk telur dan
memiliki dua satelit. Makemake adalah objek paling cemerlang di sabuk
Kuiper setelah Pluto. Pada awalnya dinamai
2003 EL61 dan
2005 FY9,
pada tahun 2008 diberi nama dan status sebagai planet kerdil. Orbit
keduanya berinklinasi jauh lebih membujur dari Pluto (28° dan 29°)
[59] dan lain seperti
Pluto, keduanya tidak dipengaruhi oleh
Neptunus, sebagai bagian dari kelompok Objek Sabuk Kuiper klasik.
Piringan tersebar
Hitam: tersebar; biru: klasik; hijau: resonan
Piringan tersebar (
scattered disc)
berpotongan dengan sabuk Kuiper dan menyebar keluar jauh lebih luas.
Daerah ini diduga merupakan sumber komet berperioda pendek. Objek
piringan tersebar diduga terlempar ke orbit yang tidak menentu karena
pengaruh gravitasi dari gerakan migrasi awal Neptunus. Kebanyakan
objek piringan tersebar (
scattered disc objects,
atau SDO) memiliki perihelion di dalam sabuk Kuiper dan apehelion
hampir sejauh 150 SA dari Matahari. Orbit OPT juga memiliki inklinasi
tinggi pada bidang ekliptika dan sering hampir bersudut siku-siku.
Beberapa astronom menggolongkan piringan tersebar hanya sebagai bagian
dari sabuk Kuiper dan menjuluki piringan tersebar sebagai "objek sabuk
Kuiper tersebar" (
scattered Kuiper belt objects).
[60]
Eris
Eris
(rata-rata 68 SA) adalah objek piringan tersebar terbesar sejauh ini
dan menyebabkan mulainya debat tentang definisi planet, karena Eris
hanya 5%lebih besar dari Pluto dan memiliki perkiraan diameter sekitar
2.400 km. Eris adalah planet kerdil terbesar yang diketahui dan memiliki
satu satelit, Dysnomia.
[61]
Seperti Pluto, orbitnya memiliki eksentrisitas tinggi, dengan titik
perihelion 38,2 SA (mirip jarak Pluto ke Matahari) dan titik aphelion
97,6 SA dengan bidang ekliptika sangat membujur.
Daerah terjauh
Titik tempat Tata Surya berakhir dan ruang antar bintang mulai
tidaklah persis terdefinisi. Batasan-batasan luar ini terbentuk dari dua
gaya tekan yang terpisah: angin surya dan gravitasi Matahari. Batasan
terjauh pengaruh angin surya kira kira berjarak empat kali jarak Pluto
dan Matahari.
Heliopause ini disebut sebagai titik permulaan medium antar bintang. Akan tetapi
Bola Roche Matahari, jarak efektif pengaruh gravitasi Matahari, diperkirakan mencakup sekitar seribu kali lebih jauh.
Heliopause
Heliopause dibagi menjadi dua bagian terpisah. Awan angin yang
bergerak pada kecepatan 400 km/detik sampai menabrak plasma dari medium
ruang antarbintang. Tabrakan ini terjadi pada benturan terminasi yang
kira kira terletak di 80-100 SA dari Matahari pada daerah lawan angin
dan sekitar 200 SA dari Matahari pada daerah searah jurusan angin.
Kemudian angin melambat dramatis, memampat dan berubah menjadi kencang,
membentuk struktur oval yang dikenal sebagai
heliosheath,
dengan kelakuan mirip seperti ekor komet, mengulur keluar sejauh 40 SA
di bagian arah lawan angin dan berkali-kali lipat lebih jauh pada
sebelah lainnya. Voyager 1 dan Voyager 2 dilaporkan telah menembus
benturan terminasi ini dan memasuki
heliosheath, pada jarak 94 dan 84 SA dari Matahari. Batasan luar dari heliosfer,
heliopause, adalah titik tempat angin surya berhenti dan ruang antar bintang bermula.
Bentuk dari ujung luar heliosfer kemungkinan dipengaruhi dari
dinamika fluida dari interaksi medium antar bintang dan juga medan
magnet Matahari yang mengarah di sebelah selatan (sehingga memberi
bentuk tumpul pada hemisfer utara dengan jarak 9 SA, dan lebih jauh
daripada hemisfer selatan. Selebih dari
heliopause, pada jarak
sekitar 230 SA, terdapat benturan busur, jaluran ombak plasma yang
ditinggalkan Matahari seiring edarannya berkeliling di Bima Sakti.
Sejauh ini belum ada kapal luar angkasa yang melewati
heliopause,
sehingga tidaklah mungkin mengetahui kondisi ruang antar bintang lokal
dengan pasti. Diharapkan satelit NASA voyager akan menembus
heliopause
pada sekitar dekade yang akan datang dan mengirim kembali data tingkat
radiasi dan angin surya. Dalam pada itu, sebuah tim yang dibiayai NASA
telah mengembangkan konsep "Vision Mission" yang akan khusus mengirimkan
satelit penjajak ke heliosfer.
Awan Oort
Artikel utama untuk bagian ini adalah:
Awan Oort
Secara hipotesa,
Awan Oort
adalah sebuah massa berukuran raksasa yang terdiri dari
bertrilyun-trilyun objek es, dipercaya merupakan sumber komet berperioda
panjang. Awan ini menyelubungi
matahari
pada jarak sekitar 50.000 SA (sekitar 1 tahun cahaya) sampai sejauh
100.000 SA (1,87 tahun cahaya). Daerah ini dipercaya mengandung
komet
yang terlempar dari bagian dalam Tata Surya karena interaksi dengan
planet-planet bagian luar. Objek Awan Oort bergerak sangat lambat dan
bisa digoncangkan oleh situasi-situasi langka seperti tabrakan, effek
gravitasi dari laluan
bintang, atau gaya pasang galaksi, gaya pasang yang didorong
Bima Sakti.
[62][63]
Sedna
90377 Sedna (rata-rata 525,86 SA) adalah sebuah benda kemerahan mirip
Pluto dengan orbit raksasa yang sangat eliptis, sekitar 76 SA pada
perihelion dan 928 SA pada aphelion dan berjangka orbit 12.050 tahun.
Mike Brown, penemu objek ini pada tahun 2003, menegaskan bahwa Sedna
tidak merupakan bagian dari
piringan tersebar
ataupun sabuk Kuiper karena perihelionnya terlalu jauh dari pengaruh
migrasi Neptunus. Dia dan beberapa astronom lainnya berpendapat bahwa
Sedna adalah objek pertama dari sebuah kelompok baru, yang mungkin juga
mencakup 2000 CR105. Sebuah benda bertitik perihelion pada 45 SA,
aphelion pada 415 SA, dan berjangka orbit 3.420 tahun. Brown menjuluki
kelompok ini "Awan Oort bagian dalam", karena mungkin terbentuk melalui
proses yang mirip, meski jauh lebih dekat ke Matahari. Kemungkinan besar
Sedna adalah sebuah planet kerdil, meski bentuk kebulatannya masih
harus ditentukan dengan pasti.
Batasan-batasan
Banyak hal dari Tata Surya kita yang masih belum diketahui. Medan
gravitasi Matahari diperkirakan mendominasi gaya gravitasi
bintang-bintang sekeliling sejauh dua tahun cahaya (125.000 SA).
Perkiraan bawah radius Awan Oort, di sisi lain, tidak lebih besar dari
50.000 SA.
[64] Sekalipun Sedna telah ditemukan, daerah antara
Sabuk Kuiper dan
Awan Oort,
sebuah daerah yang memiliki radius puluhan ribu SA, bisa dikatakan
belum dipetakan. Selain itu, juga ada studi yang sedang berjalan, yang
mempelajari daerah antara
Merkurius dan
matahari.
[65] Objek-objek baru mungkin masih akan ditemukan di daerah yang belum dipetakan.
Dimensi
Perbandingan beberapa ukuran penting planet-planet:
Karakteristik |
Merkurius |
Venus |
Bumi |
Mars |
Yupiter |
Saturnus |
Uranus |
Neptunus |
Jarak orbit (juta km) (SA) |
57,91 (0,39) |
108,21 (0,72) |
149,60 (1,00) |
227,94 (1,52) |
778,41 (5,20) |
1.426,72 (9,54) |
2.870,97 (19,19) |
4.498,25 (30,07) |
Waktu edaran (tahun) |
0,24 (88 hari) |
0,62 (224 hari) |
1,00 |
1,88 |
11,86 |
29,45 |
84,02 |
164,79 |
Jangka rotasi |
58,65 hari |
243,02 hari |
23 jam 56 menit |
24 jam 37 menit |
9 jam 55 menit |
10 jam 47 menit |
17 jam 14 menit |
16 jam 7 menit |
Eksentrisitas edaran |
0,206 |
0,007 |
0,017 |
0,093 |
0,048 |
0,054 |
0,047 |
0,009 |
Sudut inklinasi orbit (°) |
7,00 |
3,39 |
0,00 |
1,85 |
1,31 |
2,48 |
0,77 |
1,77 |
Sudut inklinasi ekuator terhadap orbit (°) |
0,00 |
177,36 |
23,45 |
25,19 |
3,12 |
26,73 |
97,86 |
29,58 |
Diameter ekuator (km) |
4.879 |
12.104 |
12.756 |
6.805 |
142.984 |
120.536 |
51.118 |
49.528 |
Massa (dibanding Bumi) |
0,06 |
0,81 |
1,00 |
0,15 |
317,8 |
95,2 |
14,5 |
17,1 |
Kepadatan menengah (g/cm³) |
5,43 |
5,24 |
5,52 |
3,93 |
1,33 |
0,69 |
1,27 |
1,64 |
Suhu permukaan
min.
menengah
maks. |
-173 °C
+167 °C
+427 °C |
+437 °C
+464 °C
+497 °C |
-89 °C
+15 °C
+58 °C |
-133 °C
-55 °C
+27 °C |
-108 °C |
-139 °C |
-197 °C |
-201 °C |
Konteks galaksi
Lokasi Tata Surya di dalam galaksi Bima Sakti
Tata Surya terletak di galaksi
Bima Sakti, sebuah
galaksi spiral yang berdiameter sekitar 100.000 tahun cahaya dan memiliki sekitar 200 milyar
bintang.
[66] Matahari berlokasi di salah satu lengan spiral galaksi yang disebut Lengan Orion.
[67] Letak
Matahari
berjarak antara 25.000 dan 28.000 tahun cahaya dari pusat galaksi,
dengan kecepatan orbit mengelilingi pusat galaksi sekitar 2.200
kilometer per detik.
Setiap revolusinya berjangka 225-250 juta tahun. Waktu revolusi ini dikenal sebagai tahun galaksi Tata Surya.
[68] Apex Matahari, arah jalur Matahari di ruang semesta, dekat letaknya dengan
rasi bintang Herkules terarah pada posisi akhir bintang
Vega.
[69]
Lokasi Tata Surya di dalam galaksi berperan penting dalam evolusi kehidupan di
Bumi.
Bentuk orbit bumi adalah mirip lingkaran dengan kecepatan hampir sama
dengan lengan spiral galaksi, karenanya bumi sangat jarang menerobos
jalur lengan. Lengan spiral galaksi memiliki konsentrasi supernova
tinggi yang berpotensi bahaya sangat besar terhadap kehidupan di Bumi.
Situasi ini memberi Bumi jangka stabilitas yang panjang yang
memungkinkan evolusi kehidupan.
[70]
Tata Surya terletak jauh dari daerah padat bintang di pusat galaksi.
Di daerah pusat, tarikan gravitasi bintang-bintang yang berdekatan bisa
menggoyang benda-benda di
Awan Oort dan menembakan komet-komet ke bagian dalam Tata Surya. Ini bisa menghasilkan potensi tabrakan yang merusak kehidupan di Bumi.
Intensitas radiasi dari pusat galaksi juga memengaruhi perkembangan
bentuk hidup tingkat tinggi. Walaupun demikian, para ilmuwan berhipotesa
bahwa pada lokasi Tata Surya sekarang ini
supernova
telah memengaruhi kehidupan di Bumi pada 35.000 tahun terakhir dengan
melemparkan pecahan-pecahan inti bintang ke arah Matahari dalam bentuk
debu radiasi atau bahan yang lebih besar lainnya, seperti berbagai benda
mirip
komet.
[71]
Daerah lingkungan sekitar
Lingkungan galaksi terdekat dari Tata Surya adalah sesuatu yang dinamai
Awan Antarbintang Lokal (
Local Interstellar Cloud, atau
Local Fluff), yaitu wilayah berawan tebal yang dikenal dengan nama
Gelembung Lokal (
Local Bubble),
yang terletak di tengah-tengah wilayah yang jarang. Gelembung Lokal ini
berbentuk rongga mirip jam pasir yang terdapat pada medium
antarbintang, dan berukuran sekitar 300 tahun cahaya. Gelembung ini
penuh ditebari
plasma bersuhu tinggi yang mungkin berasal dari beberapa supernova yang belum lama terjadi.
[72]
Di dalam jarak sepuluh tahun cahaya (95 triliun km) dari Matahari,
jumlah bintang relatif sedikit. Bintang yang terdekat adalah sistem
kembar tiga
Alpha Centauri,
yang berjarak 4,4 tahun cahaya. Alpha Centauri A dan B merupakan
bintang ganda mirip dengan Matahari, sedangkan Centauri C adalah kerdil
merah (disebut juga
Proxima Centauri) yang mengedari kembaran ganda pertama pada jarak 0,2 tahun cahaya.
Bintang-bintang terdekat berikutnya adalah sebuah kerdil merah yang dinamai
Bintang Barnard (5,9 tahun cahaya),
Wolf 359 (7,8 tahun cahaya) dan
Lalande 21185 (8,3 tahun cahaya). Bintang terbesar dalam jarak sepuluh tahun cahaya adalah
Sirius,
sebuah bintang cemerlang dikategori 'urutan utama' kira-kira bermassa
dua kali massa Matahari, dan dikelilingi oleh sebuah kerdil putih
bernama Sirius B. Keduanya berjarak 8,6 tahun cahaya. Sisa sistem
selebihnya yang terletak di dalam jarak 10 tahun cahaya adalah sistem
bintang ganda kerdil merah
Luyten 726-8 (8,7 tahun cahaya) dan sebuah kerdial merah bernama
Ross 154 (9,7 tahun cahaya).
[73]
Bintang tunggal terdekat yang mirip Matahari adalah
Tau Ceti, yang terletak 11,9 tahun cahaya. Bintang ini kira-kira berukuran 80% berat Matahari, tetapi kecemerlangannya (
luminositas) hanya 60%.
[74] Planet luar Tata Surya terdekat dari Matahari, yang diketahui sejauh ini adalah di bintang
Epsilon Eridani,
sebuah bintang yang sedikit lebih pudar dan lebih merah dibandingkan
mathari. Letaknya sekitar 10,5 tahun cahaya. Planet bintang ini yang
sudah dipastikan, bernama
Epsilon Eridani b, kurang lebih berukuran 1,5 kali massa
Yupiter dan mengelilingi induk bintangnya dengan jarak 6,9 tahun cahaya.
[75]